Pentingnya orang tua.
Tulisan ini saya sampaikan sebagai anti thesa dari postingan di laman facebook seseorang yang menyatakan bahwa setiap anak tidak memiliki tanggung jawab untuk membahagiakan orang tua, karena sebaliknya, orang tua wajib membahagiakan anaknya karena pada dasarnya anak tidak minta dilahirkan.
Berdasarkan pemikiran orang tersebut, anak tidak minta dilahirkan; Orang tua yang melahirkan anak dalam keadaan senang, akan tetapi anak dilahirkan menangis karena bersedih telah dilahirkan. Pemahaman ini, tentunya berlawanan dengan perintah Allah SWT kepada manusia untuk menyayangi dan menghormati orang tua, bahkan disebutkan di bawah telapak kaki ibu terdapat surga untuk memposisikan orang tua ialah strata tertinggi dalam keluarga.
Menurut saya, seorang anak memang tidak dilahirkan karena ia yang menginginkannya, memang bayi menangis saat ditakdirkan untuk hidup di muka bumi; akan tetapi, orang tua juga tidak memilih hubungan naluriahnya dapat berbuah makhluk hidup, orang tua tidak memilih sperma mana (di luar kasus program bayi tabung) yang harus mencapai sel telur dengan mengesampingkan peluang melahirkan makhluk hidup yang bisa saja lebih baik sifat dan sikapnya daripada sperma yang berhasil menjadi manusia 9 bulan setelahnya.
Saya, anda, kita, kalian, dilahirkan karena takdir, karena ada urusan yang harus kita jalani di bumi, karena alam semesta menginginkan kelahiran kita, bukan karena dua orang memutuskan untuk melahirkan manusia dengan spesifikasi tertentu yang sebelumnya sudah diberi hak memilih bibit, bebet, dan bobotnya. Orang tua melahirkan seorang anak karena kepentingan tertentu sangat mungkin terjadi, seperti menjaga garis keturunan demi harta, nama baik, ataupun guna memenuhi kebutuhan batinnya (memberi perhatian, menyayangi), tetapi dalam proses menumbuhkan kepentingannya dalam wujud manusia yang berakal, berpikir, dan bertindak secara sempurna sehingga bisa menjadi bagian dari peradaban, dibutuhkan pengorbanan yang memakan waktu, tenaga, harta, perasaan; baik pribadi maupun orang lain.
Orang tua saya misalnya, bisa saja memilih untuk tidak merawat saya di saat saya sakit, bisa saja memilih untuk membuang saya di saat saya bertingkah semena-mena, bisa saja memilih untuk membeli satu mobil lagi daripada menyekolahkan saya, (maaf) bisa saja membunuh sejak saya dilahirkan.
Bagi saya, orang tua punya kelebihan dan kekurangan, kebaikan dan kejahatannya masing-masing. Setiap orang punya sifat buruk yang sudah melekat, punya kelebihan yang lama-lama menjadi bakat, itu semua tumbuh berkembang dalam diri seseorang karena perilaku dan didikan orang tua, yang lagi-lagi butuh waktu, tenaga, dan harta untuk dihabiskan. Oleh karena itu, seburuk apapun pengalaman kita dengan orang tua, jika mereka masih memberikan kita kesempatan untuk hidup, maka kita harus terus maju demi kebahagiaan dan cita-cita kita sendiri, dan dalam proses mewujudkannya, jika kita teringat dengan rasa sakit dari masa lalu itu, pilihlah untuk memaafkannya. Sesungguhnya, kemampuan kita berpikir bahwa kita berhak dibahagiakan-pun sebenarnya karena mereka menganugerahi kita pengetahuan tentang konsep 'bahagia', bukan?
Komentar